AYAH – Setelah mendapat laporan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Kebumen, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah mulai melakukan identifikasi terhadap keberadaan buaya di Kali Bodo Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah.
Identifikasi tersebut dilakukan selama tiga hari sejak Rabu (14/10/2015). Nantinya, setelah berhasil diidentifikasi, baru akan dibentuk Satuan Tugas (Satgas) penyelematan satwa sesuai dengan keputusan Gubernur Jawa Tengah.
“Jadi kami melakukan identifikasi dulu, apa benar ada satwanya, lokasinya dimana, lalu baru dibentuk Satgas dengan SK dari gubernur. Nanti Satgas ini yang melakukan tindakan selanjutnya, apakah akan dievakuasi ke tempat lain, atau akan tetap dibiarkan di habitatnya,” kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Jawa Tengah, Sartono, saat memimpin identifikasi buaya di Desa Candirenggo, kemarin.
Sartono, menegaskan yang dilakukan baru dalam tahapan identifikasi, belum sampai penangkapan.”Karena ini termasuk satwa liar yang dilindungi undang-undang, sehingga penanganannya juga tidak sembarangan. Kita identifikasi dulu, untuk menentukan langkah ke depan,” tegasnya, kepada sejumlah wartawan.
Identifikasi tersebut dilakukan bersama BKSDA Wilayah II Jawa Tengah, BKSDA Resor Cilacap, Dishutbun Kebumen, dan Komunitas Pecinta Lingkungan Pantai Selatan (KPL Pansela). Setelah melihat lokasi, petugas BKSDA Resor Cilacap Dedi Rusyanto, menambahkan sangat mungkin jumlah buaya yang mendiami Kali Bodo itu cukup banyak.
Sebab, di Kali Bodo tersedia daya dukung bagi habitat buaya jenis muara. Dedi menduga jumlahnya pun cukup banyak, sehingga hewan predator tersebut cukup nyaman tinggal di sungai yang bermuara di Pantai Ayah itu. “Ini juga karena makanannya di sungai tersebut sangat cukup,” ujarnya.
Pihaknya belum bisa memastikan apakah nantinya Kali Bodo akan dijadikan penangkaran buaya jenis muara. Atau sebaliknya buaya-buaya tersebut akan dipindahkan ke lokasi lain. “Jika ternyata nantinya setelah dilakukan penelitian dan pengamatan habitat buaya ini sudah terlanjur banyak, bukan tidak mungkin Kali Bodo bisa diusulkan sebagai lokasi pelestarian satwa buaya,” imbuhnya.
Namun, hal itu juga tidak mudah karena harus didukung dengan sarana prasarana keamanan bagi masyarakat setempat.”Kami masih melakukan identifikasi jenis buaya dan interview kepada masyarakat di sekitar Kali Bodo,” imbuhnya lagi.
Sementara, Penyuluh Kehutanan Dishutbun Kebumen, Yoyok Tri Setyobudi, mengungkapkan berdasarkan pengamatan, buaya tersebut merupakan jenis buaya muara (crocodile porosis). Buaya jenis ini, kebanyakan hidup di muara atau sungai-sungai di Pulau Jawa.
“Jenis buaya ini bisa cepat berkembang biak, asalkan daya dukung habitat mereka ada. Perkirakan kami dan hasil interview dengan masyarakat, ada beberapa ekor yang besar kemungkinan induknya,” tandasnya. (ori/ kebumenekspres.com /LintasKebumen©2015)