Desa Kedungweru Ayah Bangun Pompa Air Bertenaga Angin dan Surya

Dok: Ratih TV

AYAH – Pemerintah Desa Kedungweru Kecamatan Ayah resmikan tiga program sekaligus yakni Balai Kemasyarakatan Desa, Pompa air terbarukan progam desa berinovasi serta unit usaha pemancingan BUMDes Karya Raharja.

Peresmian dilakukan oleh Kepala Dispermades P3A Kabupaten Kebumen Frans Haidar bersama Camat Ayah, anggota Fokompimcam Ayah serta Kepala Desa Kedungweru, Senin (23/11).

Kepala Dispermades P3A mengungkapkan apresianya dengan diresmikannya ketiga kegiatan tersebut. Menurutnya dengan peresmian balai kemasyarakatan desa diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk bersosialisasi.

Sementara itu Frans berharap dengan unit usaha dan pompa air dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Lebih lanjut ia juga berpesan agar terus mengembangkan potensi yang ada di desa serrta meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

“Pompa air ini bertenaga matahari (surya) maupun angin. Ini nanti berfungsi untuk menggerakan pompa sehingga bisa mengairi sawah, tanaman, dengan air yang dihasilkan. Ini merupakan hal yang luar biasa yang dilakukan oleh Desa Kedungweru,’’ kata Frans disela-sela acara.

Sementara itu Budi Priyatna, pengelola BUMDesa Karya Raharja menjelaskan pihaknya terus mengali potensi yang ada di desa Kedungweru. Hal ini dilakukan sebagai upaya peningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Masyarakat desa Kedungweru rata-rata memiliki kolam ikan. Bahkan disini juga ada kampung ikan yang nyatanya mereka sangat senang untuk berternak ikan. Namun pada saat ikan siap disaji sulit untuk menjual pada pembeli. Oleh karena itu BUMDes coba membuka dan membaca peluang tersebut. Setiap pemilik kolam ikan yang ada akan kami beli ikannya, atau kami ajak kerjasama,” kata Budi Priyatna. (Liputan: Ratih TV)

Nikmati Sensasi Wisata Warung Kemambang di Waduk Sempor

Pengunjung menikmati wisata Warung Kemambang di Waduk Sempor. (Gambar: Ratih TV)

SEMPOR – Ada cara baru untuk menikmati pemandangan indah di Waduk Sempor yang berada di Desa/ Kecamatan Sempor. Cara baru tersebut yakni wisata dengan menaiki perahu sambil menikmati makanan tradisional serta ditemani dengan pemandangan indah di sekitar waduk.

Wisata yang disebut Warung Kemambang ini secara resmi dilaunching oleh Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwsata (Disporawisata) Kebumen, Azam Fatoni pada Jum’at (20/11) lalu dengan ditandai pelepasan burung merpati.

Pengelola Warung Kemambang, Sigit Asmodiwongso menjelaskan, warung ini merupakan wisata kolaborasi dari para pelaku wisata dan warga dengan memanfaatkan potensi Waduk Sempor.

Untuk dapat menikmati wisata ini, pengunjung hanya ditarik garif Rp 110 ribu per paket. Pengunjung dapat berkeliling waduk dengan menggunakan perahu. Dengan durasi 1-2 jam pengunjung akan disajikan pemandangan indah, hijaunya hutan di sekeliling waduk serta beberapa air terjun kecil yang berada di pinggir waduk.

Sambil menikmati indahnya pemandangan dengan berswa foto maupun memotret pemandangan pengunjung dapat menikmati aneka makanan dan minuman tradisional yang disiapkan serta mendengar alunan musik tradisional.

“Kita mencoba mengembangkan sebuah wisata yang punya dampak. Tidak hanya secara ekonomi memberi keuntungan bagi pelaku industri maintsream tapi juga bagi pelaku-pelaku lokal,” kata Sigit Asmodiwongso.

Di sisi lain ia melihat potensi lokal yang ada di Sempor ini mempunyai potensi yang sangat bagus.

“Lalu kita membuat sebuah wisata yang serius ,dikemas baik dari servis, kuliner, keselamatannya, kemudian yang penting dari standar CHSE terkait wisata New Normal. Itu sudah kita terapkan dan akhirnya munculnya Warung Kemambang yang kita harapkan bisa menjadi wisata yang berkelanjutan, berdampak, memberdayakan tapi juga secara secara bisnis, sehat dan bisa berkembang,” tutupnya.

Meski berwisata di tengah pandemi virus corona namun pengunjung tidak perlu khawatir. Karena di Warung Kemambang ini menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19.

Azam Fatoni menyambut baik wisata ini. Menurutnya inovasi seperti ini sangat perlu dilakukan agar objek wisata tidak mati apalagi di tengah pandemi seperti saat ini. Ia juga berharap Warung Kemambang bisa dikembangkan lagi sehingga nantinya dapat berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat.

“Ini merupakan kreativitas dari beberapa komponen masyarakat disini, ada pengusaha resto, Orawis, Pokdaris dan Milangkori. Ini menyatu, terintegrasi untuk mengembangkan kreativitas wisata kuliner yang ada di Waduk Sempor ini. Jadi wisata ini sangat menarik bahwa kita tidak hanya sekedar makan di rumah makan tapi kita juga bisa melihat kekayan alam, pemandangan alam di Sempor ini yang punya potensi,’’ ujarnya. (Liputan: Ratih TV)

Batik dari Gemeksekti Kebumen Merambah Mancanegara

Yudi Alfian menunjukan hasil produksi batik di showroom Pawitah Batik (Gambar: Ratih TV)

KEBUMEN – Jika melintasi jalan Karangsambung memasuki Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen kita akan disambut oleh gapura selamat datang bertuliskan Kampung Batik Gemeksekti.

Sebuah gapura yang bersanding dengan prasasti bertandatangan Bupati Kebumen ini diresmikan oleh Bupati Yazid Mahfudz pada 10 Maret 2020 lalu yang menandakan bahwa desa Gemeksekti sebagai kampung batiknya Kebumen.

Desa Gemeksekti memang layak menyanding predikat sebagai kampung batik pasalnya desa ini merupakan salah satu sentra kerajinan batik di Kebumen dengan jumlah perajin batik yang mencapai ratusan orang.

Di desa ini terdapat dua dukuh yang menjadi sentra perajin batik yakni Tanuraksan dan Watubarut. Namun saat ini yang paling banyak memproduksi batik berada di Tanuraksan.

Salah satu perajin batik di Tanuraksan ialah Yudi Alfian. Perajin yang sudah memiliki showroom bernama Pawitah Batik ini memulai sebagai perajin batik pada tahun 2009 yang lalu. Mengikuti sejak sang mertua yang lebih dulu memulai usaha batik, Yudi kini telah mampu memasarkan usaha pasirnya tidak hanya di Kebumen saja namun sampai ke luar jawa seperti Riau hingga Papua.

Tak hanya luar kota, batik buatan Yudi juga telah merambah luar negeri seperti Thailand. Menurut Yudi, keterampilan tangan untuk membuat warna dan motif yang unik membuat batik buatannya disukai banyak orang. Selain itu berkat pemasaran yang dibantu oleh reseller melalui media sosial, batik buatannya dapat dikenal oleh masyarakat luas.

“Untuk batik tulis, cap dan printing memang kita full produksi sendiri. Adapun misalkan kita menggaet pengrajin itu lebih kepada kemitraan di batik tulisnya. Jadi memang kita menyediakan bahan baku dari mulai mori, malam, jadi mereka hanya pada jasa pencantingan saja. Untuk finsihing sampai pewarnaan di kami,’’ katanya.

Di showroom Pawitah Batik tidak hanya berisi batik buatannya saja namun juga perajin batik yang ada di desa Gemeksekti dan desa Jemur Kecamatan Pejagoan dengan sistem kemitraan. Pawitah Batik miliknya juga beberapa kali mendapatkan penghargaan. Salah satunya pada Kebumen Bisnis forum 2019 sebagai usaha kecil terbaik ketiga.

Di Pawitah Batik tidak hanya menyediakan batik tulis klasik Kebumen saja tetapi juga ada batik printing dan cap yang banyak dicari oleh instansi dan sekolah.

“Kalau omzet per bulan fluktuatif, enggak pasti. Tapi pernah satu bulan tembus di Rp200 juta tapi juga pernah pas sepi tidak sampai Rp 5 juta. Jadi sangat tergantung musim,” tambah Yudi. (Liputan: Ratih TV)

Kerajinan Batu Alam dari Karangmaja Karanggayam

Kerajinan Batu Karangmojo

KARANGGAYAM – Kerajinan batu hasil pengrajin batu Kebumen berhasil tembus Kalimantan. Inilah kerajinan hasil karya Anto (55) warga Desa Karangmojo, Kecamatan Karanggayam.

Dari hasil tangan kreatifnya berbagai batu seperti batu blacked, nefrit, serpentin, badar besi petir hingga batu pancawarna berhasil ia sulap menjadi meja, kursi ataupun sekedar hiasan pemanis ruang tamu.

Selama ini ia mendapatkan bahan baku bukan hanya dari Kebumen tetapi juga dari Purbalingga, Banjarnegara serta kabupaten sekitar Kebumen lainnya.

Ia memulai usahanya sejak 1999. Dengan belajar secara otodidak atau belajar sendiri ia bisa mengerjakan 1 buah kerajinan selama 1 hingga 2 minggu.

Untuk 1 buah kerajinan yang ia buat dihargai Rp 8-25 juta. Harga tersebut tergantung kerumitan, ukuran produk hingga lokasi pemesanan. Semakin jauh pemesan maka akan semakin mahal, namun hal tersebut tidak berlaku bila pemesan mengambil sendiri produknya ke Karanggayam.

“Pemesan itu mintanya yang bagaimana, kalau minta dibikin untuk hiasan di dalam rumah itu semacam poles, untuk meja-meja. Kalau soal harga untuk meja taman sampai Rp 25 juta, kalau meja teras 1 set dengan 3 kursi kalau tidak diantar ke pemesan sekitar Rp8-10 Juta,” kata Anto.

Ia mengaku biasa melayani pemesan yang biasa datang dari Cilacap, Yogyakarta, Purbalingga hingga Kalimantan. Bapak dua anak tersebut menambahkan selama ini sudah ada pemesan dari luar negeri seperti Taiwan dan Korea namun karena berbagai ketebatasan, ia belum bisa memenuhi order dari luar negeri tersebut.

Dalam bekerja, bapak yang berasal dari Purwokerto ini dibantu oleh seorang asisten. Menurutnya ada berbagai keterbatasan dalam menjalani usahanya ini, diantaranya keterbatasan peralatan yang masih manual hingga keterbatasan modal.

Sumber: RATIH TV
Editor: Lintas Kebumen

Warga Pujotirto Gelar Tradisi Megunungan di Puncak Bukit Indrakila

Megunungan Pujotirto

KARANGSAMBUNG – Kebumen merupakan kabupaten yang memiliki banyak keanekaragaman. Salah satunya tradisi budaya yang masih kental melekat dan terus dilestarikan hingga saat ini. Seperti hal yang baru-baru ini dilakukan warga masyaraka di Desa Pujotirto, Kecamatan Karangsambung.

Ratusan warga berbondong-bondong naik ke atas puncak bukit Indrakila untuk melakuka kegiatan tradis yang disebut “Megunungan”. Mereka meyakini dulunya puncak bukit Indrakila adalah tempat petilasan Raden Janoko yang sering dijadikan tempat bermunajat kepada Sang Pencipta.

“Ini adalah petilasan. Bagi masyarakat Pujotirto menyakini bahwa disini adalah tempat bukan tempat bersemayam tapi ini adalah tempat yang termasuk tempat disucikan yang dimana orang akan memohon kepada yang kuasa itu akan lebih. Menurut legenda adalah pada jamannya pewayangan yatiu begawan Ciptani yang nama aslinya adalah Raden Janoko,’’ kata Kepala Desa Pujotirto, Giriyanto.

Dalam proses tradisi ini warga membawa tumpeng gunungan yang biasa disebut dengan kata “Buseng”. Buseng tersebut berisikan berbagai jenis lauk-pauk yang nantinya akan dimakan secara bersama-sama setelah proses ritual selesai.

Adapun proses ritual dilakukan dengan cara mengelar doa yang dipimpin oleh sesepuh desa setempat. Kepada desa Pujotirto mengatakan kegiatan megunungan yang digelar ini selau rutin setiap menjelang datang musim panen Jenitri.

Selain bertujuan untuk memohonan perlindungan dan keberkahan hidup, sekaligus sebagai bentuk nguri-nguri budaya warisan leluhur. Terlebih tempat ini nantinya akan dijadikan sebagai tempat wisata alam dan wisata religi.

Terkait dengan isi tumpeng ia juga menjelaskan bahwa isi tumpeng yang bermacam memiliki beberapa makna dan filosofi yang positif.

Seperti Buceng dimaknai dengan “nyebuto sing kenceng’’ istilah bahasa Indonesia selalu ingat kepada Tuhan. Dan ingkung ayam dengan kepala menunduk memiliki arti berdoa harus khusyuk dan yakin.

Sementara itu menurut Gato Imam Abadu selaku ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa setempat mengatakan pegunungan Indrakila ini merupakan tempat yang layak untuk dikembangkan menjadi tempat wisata alam dan wisata religi. Terlebih lokasinya merupakan bagian dari kawasan Geopark Karangsambung Karangbolong.

Untuk itu ia berharap dengan adanya kegiatan ini bisa menjadi bagian dari promosi potensi desa dan wisata yang ada di Pujotirto, yang muaranya dapat mensejahterakan perekomonian masyarakat. Turut hadiri dalam acara ini Forkompincam Karangsambung, Ketua Geopark Kebumen dan ratusan siswa MAN 1 Kebumen.

Sumber: RATIH TV
Editor: Lintas Kebumen

17 Kecamatan di Kebumen Rawan Pergerakan Tanah Bulan Januari

Potensi Gerakan Tanah Kebumen Januari 2020
Potensi Gerakan Tanah Kebumen Januari 2020

KEBUMEN – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat sebanyak 17 kecamatan di Kabupaten Kebumen rawan terjadi gerakan tanah, mulai dari tingkat menengah hingga tinggi pada bulan Januari 2020 ini.

Kecamatan yang memiliki potensi pergerakan tanah menengah hingga tinggi yaitu Alian, Ayah bagian timur dan selatan, Sadang, Buayan bagian barat, Karanggayam, Karanganyar bagian utara, Karangsambung, sebagain kecil Kebumen bagian utara dan timur.

Kemudian sebagian kecil Kutowinangun bagian barat laut, Padureso, Pejagoan bagian barat dan utara, Poncowarno bagian utara, Rowokele bagian utara dan selatan, Sempor, Sruweng bagian utara serta Buluspesantren. Di Buluspesantren, daerah potensi gerakan tanah berada di bagian sekitar bantaran Sungai Lukulo.

Sedangkan kecamatan memiliki potensi pergerakan tanah menengah yaitu sebagian kecil Gombong bagian Utara.

Sementara itu curah hujan di Kebumen sejak awal Januari mulai meningkat. Kondisi ini diprediksi akan berlanjut hingga bulan Maret. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang, curah hujan di Kebumen bulan ini masuk kriteria menengah hingga tinggi (200-401 mm).

Wilayah dengan curah hujan menengah (200-301 mm) berada di sebagian besar Kebumen terutama bagian selatan. Curah hujan tinggi 300-401 mm  umumnya berada di sepanjang perbukitan utara. Hanya sebagain kecil wilayah timur Sadang yang memiliki curah hujan lebih dari 401 mm.

Namun demikian warga Kebumen tetap diminta mewaspadai potensi bencana hidrometerologi terutama Banjir dan Tanah Longsor.

“Bencana bisa datang kepada kita semua tanpa diperkirakan sebelumnya. Kepada seluruh warga masyarkat Kebumen untuk diantisipasi bersama,” ungkap Bupati saat menghadiri Apel Gelar Pasukan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Alam tahun 2020 di Mapolres Kebumen. (adm/LK)

Batur Tewaton, Geliat Pokdarwis Desa Langse Karangsambung

Gua Kempul
Gua Kempul (Dok. LIPI Karangsambung)

KARANGSAMBUNG – Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Langse, Kecamatan Karangsambung tak henti-hentinya untuk menawarkan pesona keindahan wisata gua di desa Langse.

Dengan didukung pemerinatah desa Langse dan KKN mahasiwa IAINU Kebumen pihaknya melaksanakan berbagai kegiatan salah satunya melalui kegiatan jalan sehat, Selasa (31/12). Jalan sehat dilepas oleh kepala desa Langse, Gunawan Sugiyanto.

Para peserta dengan menikmati panorama desa penuh semangat mengikuti jalan sehat. Ketua pokdarwis Suryadi Prasetyo menuturkan kegiatan ini sebagai rangkaian pembukaan wisata alam ‘’Batur Tewaton’’

Selain jalan sehat juga diadakan pameran musik, pemutaran film edukasi wisata, pentas seni teater dan mujahadah serta doa bersama.

Wisata alam Batur Tewaton menawarkan panorama tiga gua yakni gua Kempul, gua Langse dan gua Silodong dengan keunikan stalaktit dan stalagmit masing-masing.

“Kita mencoba mengembangkan, apa sih petensi desa Langse, ternyata banyak sekali, ada 3 gua disini dan juga ada Batu Selorondo. Semua kita rangkum dengan wisata Batur Tewaton ini,’’ katanya.

Gua Kempul memiliki bentuk memajang ke atas seperti cerobong. Dinamakan gua kempul karena terdapat batuan yang menyerupai kempul atau gong kecil dan dimulut gua terdapat stalaktit yang jika dipukul akan berbunyi seperti suara kempul.

“Gua Kempul ini semacam cerobong asap, jadi ciri khas gua ini adalah masuk dari bawah dan itu pengunjung akan naik ke atas, jadi semacam semi climbing,’’ ujarnya.

Diatas gua ini terdapat taman batu alami dengan berbagai bentuk yang indah seperti batu Badungan, batu Lawang dan batu Kehidupan. Selain itu dari atas gua ini juga bisa melihat panorama lembah Lukulo.

Berjarak sekitar 50 meter arah timur dari gua Kempul terdapat gua Silodong. Gua Silodong menyerupai toples dengan pintu masuk yang kecil namun luas di dalamnya.

“Gua Silodong itu tergolong ekstrem, disana kita bisa masuk dengan gelap-gelapan, tapi harus dengan savety. Untuk itu kita  menyediakan senter dan alat lampu. Dan setiap masuk pengunjung harus ada pendamping dari pokdarwis agar tidak ada sesuatu hal yang tidak diinginkan, “ katanya menjelaskan.

Untuk di Gua Kempul kini mulai sudah dibangun kamar mandi dan toilet umum untuk kebutuhan para pengunjung. (and/LK)


Sumber: RATIH TV
Editor: Lintas Kebumen

Ini Alasan Air Waduk Sempor dan Wadaslintang Belum Aliri Irigasi

Waduk_Wadaslintang
Bendungan Wadaslintang

KEBUMEN – Sebagian petani Kebumen mengeluhkan belum adanya air dari dua waduk yakni Wadaslintang dan Sempor. Kedua waduk tersebut selama ini airnya dimanfaatkan untuk mengairi saluran irigasi di wilayah Kebumen.

Biasanya pintu air kedua waduk ini dibuka untuk mengairi persawahan pada tanggal 1 Oktober. Kabid Sumber Daya Air Dinas PUPR Kabupaten Kebumen Supangat kepada Ratih TV mengatakan alasan belum mengalirnya air irigasi dikarenakan volume air waduk belum memungkinkan.

Misalnya di Waduk Wadaslintang, tercatat pada tanggal 20 Desember 2019 volume air waduk ini masih sekitar 156 juta meter kubik, sementara untuk bisa dialirkan volume air waduk harus sudah mencapai sekitar 195 juta meter kubik.

Terkait dengan kewenangan ia menegaskan wewenang dalam hal ini adalah Balai Besar Wilayah Serayu Opak. Sedangkan untuk pengelolaan mulai dari jaringan induk Wadaslintang hingga sekunder yakni kewenangan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Progo Bogowonto Lukulo (PSDA Probolo).

“Kami dari OPD Kabupaten, dinas PUPR Kebumen dalam hal ini bidang sumber daya air, tugas kami yaitu pembantuan dalam hal ini kami menginformaiskan memang benar sampai hari ini Kebumen belum bisa mendapatkan air dari waduk Wadaslintang,’’ katanya.

Balai Besar tidak bisa memaksakan untuk mengalirkan air karena standar minimal belum terpenuhi. Pihaknya juga meminta maaf kepada masyarakat Kebumen atas hal ini.

”Jadi memang aturannya belum boleh. Andaikata dialirkanpun jika memang hujannya masih jarang dan berdurasi tidak lama serta tidak besar, justru malah tidak akan panen, dan air waduk Wadaslintang tidak akan mencukupi,’’ ujarnya.

Selain itu ia menambahkan jika waduk tetap dioperasionalkan maka akan dikhawatirkan mengganggu kontruksi bendungan. (and/LK)


Sumber: RATIH TV
Editor: Lintas Kebumen

Masuki Awal Tahun, Curah Hujan di Kebumen Masih Rendah

kantor bmkg
Ilustrasi kantor Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). (Photo: Antara)

KEBUMEN – Memasuki awal tahun, curah hujan di Kebumen masih tergolong rendah. Ada pun, analisis curah hujan dasarian III Desember di sebagian besar wilayah umumnya masih berada pada kategori Rendah (0 hingga 50 mm).

Stasiun Klimatologi Semarang menyebutkan awal musim hujan di sebagian besar wilayah Kebumen sudah dimulai sejak pertengahan November lalu kecuali sebagian kecil wilayah tenggara yang terlambat memasuki awal musim hujan.

Selama periode tersebut di beberapa wilayah hujan turun masih belum merata yang di dominasi hujan berintensitas ringan. Potensi hujan hampir ada setiap siang hingga sore, namun seringnya hujan terjadi di wilayah perbukitan bagian utara.

Hujan masih belum merata karena hujan yang terjadi pengaruhnya lokal, seperti topografi dan pergerakan angin. Sedangkan wilayah dataran tinggi, potensi hujan lebih mudah terjadi karena angin yang melambat serta belokan angin juga berpotensi untuk hujan.

Hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) di sebagian besar wilayah Kebumen dalam kategori sangat pendek (satu hingga lima hari). Hanya sebagain kecil di wilayah timur dan tenggara yang lebih dari lima hari.

Prakiraan deterministik dasarian I Januari 2020 diketahui curah hujan di Kebumen masuk kategori menengah (76 hingga 150 mm), sedangkan potensi curah hujan rendah masih ada di wilayah timur dan tenggara namun probabilistiknya hanya 10 hingga 20 persen. (and/LK)

Pembangunan JLSS di Kebumen Dikebut

JJLS
Jalan Lintas Selatan-Selatan (JLSS) atau Jalan Daendels, di Kebumen, Jawa Tengah. (GATRA/Ridlo Susanto/far)

KEBUMEN – Pembangunan Jalan Lintas Selatan-Selatan (JLSS) atau Jalan Daendels di Kabupaten Kebumen terus dikebut. Ini dilakukan agar jalur ini segera tersambung ke wilayah Cilacap, Jawa Tengah.

Kepala Bagian Humas Sekretariat Daerah (Setkab) Kebumen, Budhi Suwanto mengatakan terkini pelaksana proyek tengah bersiap menggarap jalur antara Tambakmulyo-Jladri, Buayan. Dalam waktu dekat, pengerjaan fisik akan segera dilakukan.

“Tinggal melanjutkan fisik jalan dari Tambakmulyo Jaladri,” katanya, Rabu (4/12).

Dia menjelaskan, Pemkab Kebumen telah mengagendakan penandatanganan kontrak. Akan tetapi, karena satu kendala, penandatanganan urung dilakukan. “Masih ditunda. Tapi sebentar lagi sudah bisa dilanjutkan,” ucapnya.

Usai pengerjaan ruas Tambakmulyo-Jladri, pengerjaan akan dilanjutkan sampai ke Ayah. Menurut dia, pembangunan JLSS Tambakmulyo-Jladri ini akan mempercepat tersambungnya JLSS ke wilayah pesisir selatan barat lainnya, Kabupaten Cilacap.

“Untuk Jladri sampai Ayah masih proses,” ujarnya.

Adapun JLSS sisi timur mulai dari Buayan hingga Purworejo dan Yogyakarta, dia sebut, sudah beroperasi. “Kalau ke timur memang sudah beroperasi. Tiap tahun selalu progress pembangunannya terus,” imbuhnya.

Medan berbukit

Pembangunan Jalan Lintas Selatan-Selatan (JLSS) atau Jalan Daendels di sisi barat Kebumen tak melalui rute Jalur Provinsi yang telah lama beroperasi. Pasalnya, di kawasan Karangbolong, pembangunan jalan terbentur perluasan badan jalan dan medan berbukit.

Budhi mengatakan Karangbolong dikenal dengan medannya yang berbukit. Jalur ini juga penuh dengan kelokan tajam. Kata dia, sejak awal JLSS dirancang untuk dibangun selurus mungkin, dan menghindari medan-medan berat. Pasalnya, jalur ini adalah jalan cepat di kawasan pesisir selatan.

“Logikanya JLSS ini dibuat selurus mungkin agar lancar. Sebisa mungkin menghindari jalur-jalur yang sulit,” katanya, Rabu (4/12).

Selain itu, jalan yang sekarang eksisting juga terkendala perluasan badan jalan. Hambatan itu di antaranya, permukiman dan tebing perbukitan karang.

Sebab itu, JLSS tak jalur ini melalui wilayah utara Karangbolong. JLSS dibangun melintasi Kecamatan Buayan ke barat hingga Jetis, Cilacap. “Memang di sisi utara itu Mas. Jadi tidak melalui Karangbolong,” ucapnya.

Meski begitu, dia yakin JLSS yang berada di sisi utara Karangbolong ini tetap berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan di obyek wisata Kebumen. Pasalnya, antara JLSS dengan jalur ke obyek wisata masih relatif dekat.

Dia mengemukakan, Kebumen terus mendorong agar JLSS segera tersambung ke Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dengan tersambungnya jalur ini, lalu lintas di selatan akan semakin tinggi. “Semakin banyak yang lewat kan potensi ekonomi juga untuk warga,” jelasnya.


Sumber: GATRA
Reporter: Ridlo Susanto
Editor: Budi Arista